Ini adalah kesekian kalinya saya melihat beberapa “alay-alay” yang memposting sebuah berita politik tanpa tahu sumbernya, pokoknya asal share saja, kalo subjeknya adalah “Kesalahan” dan objeknya adalah “Presiden” maka para alay-alay inilah yang menjadi kepanjangan tangan dalam men-share tanpa mencari, mengkomparasi dengan berita lain. Bahkan tidak sedikit yang hanya berkomentar buruk hanya dengan melihat judul tanpa membaca beritanya.. oh my god… 😕 . Share tanpa membaca?
Lalu apakah salah men-share berita tersebut, toh bukan saya yang nulis?
Kalau anda tahu bahwa berita itu kurang benar, masih abu-abu dan ngambang dari suatu portal yang tidak ada “wartawannya”(portal asal kopi berita) , tapi masih di-share ya jelas salah lah. Namun kalau tidak tahu ya mungkin masih dapat dimaklumi… tapiiii coba cek di FB anda misalnya, sebagian besar dari pengguna media sosial yang yang bilang “tidak tahu” itu atau salah share adalah mahasiswa atau lulusan-lulusan dari perguruan tinggi, begitu begonya gak ketulungan menerima sebuah berita mentah-mentah dan di sebarkan?. …
Saya sendiri bukan lulusan dari politik ataupun ekonomi, namun paling tidak bisa menimbang mana yang sekiranya layak dan tidak untuk dishare. Bahkan, ketika suatu berita muncul terkadang semua media yang sejenis saya buka, kalau perlu youtube yang ada videonya, bahkan forum-forum-forum ekonomi politik (bukan forum kaskus lho, walau berita politiknya cepet namun forum diskusinya kurang sehat, isinya ejek-ejekan mulu dua kubu pada gak mau move-on), blog para ekonom dan politik saya masukin; pada kenyataannya kalau sebuah berita booming , para ekonom dan politik tersebut akan membahasanya dari berbagai sudut pandang bahkan tidak sedikit ada mahasiswa yang cukup kritis juga membahasnya dengan data, argumen, sehingga logika saya cukup mampu untuk mencerna apa yang sebenarnya terjadi.
Etika Share Berita
Kita tidak ada larangan untuk meng-share sebuah berita, kalau menurut anda itu bagus silahkan di share; Bahkan menurut saya jika itu adalah sesuatu yang seharusnya layak untuk diketahui oleh orang banyak maka itu adalah keharusan. Tapi jika anda meng-share sebuah berita hendaknya lihat etika dan LIHAT, BACA, PELAJARI, layakkan sebuah berita ini dibagikan? Lihat Judulnya, lihat isinya dan usahakan singkirkan kepentingan pribadi atau dendam pribadi. Sebagai contoh beberapa hari yang lalu ada sebuah berita yang ditulis oleh sebuah media yang berjudul “Crane Timpa Ratusan Jamaah di Mekkah, Saat Jo***i Tiba di Jeddah” . Pada dasarnya berita ini benar adanya, namun yang jadi luar biasa adalah berita ini menjadi multi tafsir dan di share; Tahukah anda bagaimana responnya… luar biasa.. ck ck. menyangkut paut dengan bencana lah, pemimpin laknat lah, ini adalah adab dsb.
Dan yang menarik adalah dishare oleh lulusan yang satu almamater dengan saya dan dibumbui dengan kata-kata “racun” … “ya beginilah kalau dipimpin oleh seseorang yang bla…bla..bla isinya adab dan bencana melulu crane ambruk lah,bencana asap riau lah, saatnya pemilu ulang..!!!!”.
Alamakkk…. lulusan perguruan tinggi tapi logikanya gak jalan… kalau pemilu ulang apakah semuanya akan baik-baik saja? gak kena adab? kalau ada bencana lagi ganti presiden lagi? whatta???? .. Jikalau memang dahulu pilihan kalah ya sudah….kalau memang ada segelintir oknum pemenang yang mengejek anda karena kalah, sebaiknya tidak usah diambil hati, itu hanyalah sebuah pilihan please stop and move on; jangan seperti anak kecil lah…
Ada pertanyaan lain yang kemarin sempat ditanyakan kesaya, “kenapa judul diartikel dimedia tersebuat dibuat multi tafsir oleh beberapa penulis, kenapa tidak dibuat normal saja? ” jawabannya sederhana ;karena dengan judul yang biasa pengunjungnya ya biasa, judul bombastis maka jumlahnya hitsnya kan meningkat pesat, dibaca oleh banyak orang dan penayangan iklannya nambah dan tentu saja probabilitas iklannya diklikpun meningkat. 🙂 atau mungkin memang si penulis pengen nulis 2 berita dalam 1 halaman 1 judul jadi begitulah jadinya….. Wallahu a’lam
Komentar Terbaru