Tidak terasa memasuki bulan Ramadlan, dan ini adalah ramadlan pertama bagi anak saya (yang pertama) untuk menunaikan ibadah puasa. Ibadah yang dirasa paling sulit untuk dilaksanakan oleh anak yang seumuran dengannya.
Dengan keteguhan hati dan iming-iming hadiah :p , akhirnya kami (saya dan istri saya) dapat meyakinkannya agar belajar berpuasa penuh dari pagi sampai datangnya margrib. Hari pertama dia mampu melaksanakannya dengan baik, begitu pula hari kedua dan juga hari ketiga 🙂 . Anehnya dia tidak mengeluh merasa lapar meskipun adeknya yang masih kecil terkadang makan didepannya saat santap siang 😀 .
Sebelum ini (sebelum ramadlan) sekira 3 bulan yang lalu memang kami sudah mempersiapkan diri mendidiknya untuk menghadapi Ramadlan , diantaranya adalah dengan memberikan contoh awal dimana istri saya puasa senin-kamis, dan anak saya kadang bertanya mengapa puasa? kenapa tidak makan? kenapa kalau puasa musti terus berbuat baik, kenapa harus selalu lebih berbuat baik saat puasa? kenapa banyak-banyak infaq saat berpuasa? . Beberapa jawaban yang kami dapatkan dari guru kami, akhirnya kami jelaskan perlahan-lahan kepadanya dan sampai pada akhirnya dia ikut-ikutan puasa meskipun kadang batal ditengah hari (karena pengaruh saya yang malah makan siang nggak ikutan puasa senin kamis :p ).
Meski kadang saya tidak puasa senin-kamis, kami membagi tugas, saya bertugas mengingatkan serta mengajaknya sholat tiap kali adzan menggema. Dari awalnya yang mulai malas lama-lama dia mulai terbiasa mengikuti ke masjid acap kali adzan tiba, uniknya adiknya yang kecil juga ikut-ikutan ke masjid sambil mengendarai sepeda sepeda mininya 🙂 .
Anak-anak saya perempuan, memang sih ada yang bilang kalau perempuan itu bagusnya kalau sholat di rumah saja, namun berhubung anak saya masih kecil dan belum baligh maka pendidikan yang berupa contoh, amat sangat diperlukan mengingat pada saat tarawih nanti juga musti ke masjid dengan durasi sholat yang lebih lama. Kalau pendidikan contoh kami berikan lebih awal maka, akan lebih mudah baginya untuk menyesuaikan diri.
Tugas kami sebagai orang tua adalah memastikan agar mereka tetap lurus dijalan-Nya. Selain ingin meraih pahala, Kami terus memastikan agar masa kecilnya terlatih untuk terbiasa dengan-Nya, selalu megingat-Nya dengan selalu mengikuti petunjuk-Nya.
Semoga Kami diberikan umur panjang dan kesehatan untuk terus mendidiknya mengarah ke Jalan menuju Syurga. 🙂
Komentar Terbaru