Setelah sekian lama saya pakai, akhirnya saya musti mengalah, HDD harus diganti dengan SSD. HDD to SSD atau HDD ke SSD mutlak dilakukan agar performa komputer atau laptop lebih Optimal. Saya dapat menyimpulkan ini karena pada dasarnya media penyimpanan yang terdapat pada komputer atau laptop yang paling banyak digunakan saat ini HDD (Hard Disc Drive) merupakan piringan yang berputar terus menerus serta cepat panas. Saya tidak dapat bayangkan kalau HDD yang saya punyai sudah hampir menyentuh tahun kedelapan yang akhirnya ambrol juga, data-data yang ada didalamnya hilang semua karena tidak dapat diselamatkan 🙁 . Mungkin bisa jadi HDD akan baik-baik saja jika laptop atau PC kita tidak berpindah-pindah, arus listrik stabil dan pemakaian aplikasi juga tidak terlalu berat; namun dari tahun ke tahun dapat dipastikan performanya akan turun meskipun sedikit demi sedikit. Coba ingat-ingat kembali, setelah anda membeli Laptop atau PC dulunya cepat sekali khan? tapi lama-lama dengan bertambahnya tahun tambah lambat kinerjanya khan? (padahal sudah instal ulang OS). Dan kalau ada tanda-tanda HDD nya bersuara, maka anda perlu waspada. saya sendiri sudah kapok memakai HDD karena korup berkali-kali, meski beberapa diataranya masih works, tapi mau nggak mau harus dipensiunkan 😀
Kalau anda merasa bahwa mengalami hal demikian, maka secepatnyalah backup data yang ada didalam HDD tersebut sebelum hal buruk terjadi. Dan jika ingin tetap mempertahankan performa komputer/laptop maka tidak ada salahnya mengganti ke HDD baru atau SSD. Namun daripada mengganti ke HDD sebaiknya mengganti ke SSD. memang sih dari segi harga cukup berbeda. Untuk HDD 500G harganya adalah 1/3 dari SSD. Oh iya SSD adalah Solid State Drive, dimana ini juga merupakan media penyimpan yang ramping dan tidak cepat panas karena didalamnya tidak menggunakan DISC (piringan) melainkan kumpulan serangkaian IC sebagai memori yang digunakan untuk menyimpan data atau informasi. Hampir mirip seperti FlashDisk tapi ukurannya lebih besar dan port SSD ini salah satunya menggunakan SATA dimana celokannya hampir mirip seperti celokan yang ada didalam HDD terbaru, jadi kalau mau mengganti tinggal plug and play.
3 Bulan lalu saya mengganti HDD yang ada didalam MacBook saya yang sudah berumur hampir 8 tahun 😀 , saya merasakan HDDnya mulai bersuara dan terkadang “ngelag” ketiga menyimpan data dalam jumlah besar. terlebih lagi saya merasakan kecepatan tidak secepat dulu. Bisa jadi sih karena naiknya versi OS juga menjadi faktor lain, namun HardDisknya juga sudah loyo :D. saat Browsing mencari pengganti HardDisk, pilihan saya jatuh pada SSD merk Crucial MX500 yang berukuran 2.5 Inchi. Saya membeli yang berkapasitas 250Giga yang saya rasa sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan saya meskipun pada kenyataannya HDD sebelumnya adalah 500G.
Cara menggantinya ternyata cukup mudah, nggak perlu ke Toko Servis komputer, tinggal buka bagian belakang cover Mac dan buka bagian Hardisk, ukurannya ternyata hampir sama dengan HDD saya yang lama. Oh iya, sebelum saya menggantinya saya sudah melakukan clone ke SSD yang ternyata sangat mudah. Machintosh ternyata menyediakan fasilitas Clone Hardisk to Hardisk, dimana ketika saya mencolokkan SSD baru tersebut melalui USB (memakai Konektor tambahan), dan setelahnya Clone dapat dilakukan pada SSD menggunakan Disk Utility-nya (Edit-Restore) Mac.
Dan….. butuh waktu yang lama ternyata buat clone 🙁 , tergantung besar file yang ditransfer dan kecepatan Hardisk. Saya membutuhkan 8 Jam untuk melakukan clone hadeeehhhh. Setelah Hardisk diganti (HDD to SSD) langsung deh, semuanya tampak sama (layout, letak file, aplikasi dll) nggak ada yang berubah, yang berubah hanyalah pada kecepatan akses, saya merasa bootingnya lebih cepat, dan ketika kondisi wake up dari sleep juga lebih cepat, transfer data lebih cepat. Jadi kerjaan juga rampung lebih cepat.
Komentar Terbaru